BEAST

BEAST

8 Des 2012

Peran mahasiswa dalam mempertahankan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan


Peran mahasiswa dalam mempertahankan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan.

Latar Belakang         :

                        Disaat globalisasi seperti ini, dimana semua budaya asing masuk secara besar-besaran ke dalam negeri, kita patut untuk mempertahankan keaslian bahasa serta budaya kita. Khususnya para Mahasiswa yang berwawasan luas dan bisa menilai serta menghargai dan turut mempertahankan budaya dan bahasa asli Indonesia di zaman ini dapat dengan teliti memilah bahasa asing yang masuk. Karena banahas Indonesia adalah bahasa nasional yang mewakili identitas asli sebagai warga Negara Indonesia.

Contoh kasus             :

                        Mulai menyaring dan mempergunakan bahasa Indonesia secara baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bentuk jaringan social. Agar tetap menjaga kelestarian asli bahasa Indonesia, bahasa nasionalis.

Hubungan manusia dengan pandangan hidup atau falsafah budaya Indonesia


Hubungan manusia dengan pandangan hidup atau falsafah budaya Indonesia.

Latar Belakang         :

Filsafat Indonesia adalah sebutan umum untuk tradisi kefilsafatan yang dilakukan oleh penduduk yang mendiami wilayah yang belakangan disebut Indonesia. Filsafat Indonesia diungkap dalam pelbagai bahasa yang hidup dan masih dituturkan di Indonesia (sekitar 587 bahasa) dan 'bahasa persatuan' Bahasa Indonesia, meliputi aneka mazhab pemikiran yang menerima pengaruh Timur dan Barat, disamping tema-tema filosofisnya yang asli.

Secara kebetulan, Bahasa Indonesia sejak awal memang tidak memiliki kata 'filsafat' sebagai entitas yang terpisah dari teologi, seni, dan sains. Sebaliknya, orang Indonesia memiliki kata generik, yakni, budaya atau kebudayaan, yang meliputi seluruh manifestasi kehidupan dari suatu masyarakat. Filsafat, sains, teologi, agama, seni, dan teknologi semuanya merupakan wujud kehidupan suatu masyarakat, yang tercakup dalam makna kata budaya tadi. Biasanya orang Indonesia memanggil filsuf-filsuf mereka dengan sebutan budayawan (Alisjahbana 1977:6-7). Karena itu, menurut para penulis tersebut, lingkup Filsafat Indonesia terbatas pada pandangan-pandangan asli dari kekayaan budaya Indonesia saja. Hal ini dipahami oleh pengkaji lain, Ferry Hidayat, seorang lektur pada Universitas Pembangunan Nasional (UPN) 'Veteran' Jakarta, sebagai 'kemiskinan filsafat'. Jika Filsafat Indonesia hanya meliputi filsafat-filsafat etnik asli, maka tradisi kefilsafatan itu sangatlah miskin. Ia memperluas cakupan Filsafat Indonesia sehingga meliputi filsafat yang telah diadaptasi dan yang telah 'dipribumikan', yang menerima pengaruh dari tradisi filosofis asing. Artikel ini menggunakan definisi penulis yang terakhir.

Pengertian                  :

'Filsafat Indonesia' adalah bukan Barat dan bukan Timur, sebagaimana terlihat dalam konsep-konsep dan praktik-praktik asli dari mupakat, pantun-pantun, Pancasila, hukum adat, gotong-royong, dan kekeluargaan (Nasroen 1967:14, 24, 25, 33, dan 38). Sunoto mendefinisikan 'Filsafat Indonesia' sebagai kekayaan budaya bangsa kita sendiri yang terkandung di dalam kebudayaan sendiri (Sunoto 1987:ii), sementara Parmono mendefinisikannya sebagai pemikiran-pemikiran yang tersimpul di dalam adat istiadat serta kebudayaan daerah (Parmono 1985:iii). Sumardjo mendefinisikan kata 'Filsafat Indonesia' sebagai pemikiran primordial atau pola pikir dasar yang menstruktur seluruh bangunan karya budaya (Jakob Sumardjo 2003:116). Keempat penulis tersebut memahami filsafat sebagai bagian dari kebudayaan dan tidak membedakannya dengan kajian-kajian budaya dan antropologi.

Hubungan Manusia dengan Falsafah Budaya Indonesia :

            Hubungan manusia dengan pandangan hidup budaya Indonesia sangat erat, karena budaya dan manusia adalah kesatuan. Maka tidak akan ada pandangan hidup bila manusia tidak memiliki aturan atau membentuk adat untuk dijadikan pandangan hidup. Dan ketika pandangan hidup atau falsafah itu berdiri, kembali lagi pada masyarakat tersebut yang mematuhi dan mengikuti aturan tersebut. Jadi, sangat bergantung satu sama lain.

Usaha manusia dalam mempertahankan keindahan dalam bahasa daerah yang terdapat di Indonesia.


Usaha manusia dalam mempertahankan keindahan dalam bahasa daerah yang terdapat di Indonesia.

Latar Belakang         :

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional bangsa Indonesia, dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia semua memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa. Dalam fungsinya dalam berkomunikasi saat ini bahasa Indonesia mulai mengalami perubahan. Hilangnya kemampuan generasi masa kini untuk menerapkan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar, tergantikan oleh penggunaan bahasa Indonesia yang campur aduk serta bergesernya pemahaman akan penggunaan bahasa Indonesia secara benar.

Seringnya penggunaan bahasa Indonesia kini bercampur dengan bahasa gaul ataupun dengan bahasa daerah serta Inggris, sehingga dalam aplikasinya bahasa Indonesia mengalami pergeseran makna. Hal ini memang tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang semakin maju. Banyaknya budaya barat yang masuk serta adanya trend pemakaian kata-kata yang lebih dianggap keren alih-alih memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar. Kita mesti memahami adanya sejarah bahasa Indonesia, dimasa lalu telah mengalami banyak perkembangan sehingga akhirnya ditetapkan sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia baik dalam Sumpah Pemuda maupun dalam Proklamasi Kemerdekaan. Bagaimana akhirnya bahasa yang begitu kita banggakan sebagai bahasa pengantar kita dalam berkomunikasi antar suku yang berbeda-beda kini makin mengalami perubahan pemakaian.

Contoh            kasus               :

            Karena lebih sering menonton film barat ketimbang film dalam negeri, maka penggunaan bahasa Indonesia terkadang bercampur dengan pemakaian bahasa asing. Yang membuat si pengguna bahasa tersebut merasa lebih percaya diri. Dan terkadang lebih sering menggunakan bahasa yang tidak baku.

 

“Sorry, engga sengaja.”

Yang seharusnya adalah, “Maaf saya tidak sengaja.” Penggunaan kata “sorry’ dalam bahasa asing dan pencampuran bahasa tidak baku “engga” dalam pengungkapan kalimat tersebut.

(edukasi.kompasiana.com/2012/09/18/keindahan-bahasa-indonesia-yang-semakin-punah-493902)

Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesustraan


Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesustraan.

Latar Belakang         :

            Istilah IBD dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu

Pengertian      :

·         Ilmu budaya dasar merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.Sedangkan Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.

·         Secara etimologi (menurut asal-usul kata) kesusastraan berarti karangan yang indah. “sastra” (dari bahasa Sansekerta) artinya : tulisan, karangan. Akan tetapi sekarang pengertian “Kesusastraan” berkembang melebihi pengertian etimologi tersebut. Kata “Indah” amat luas maknanya. Tidak saja menjangkau pengertian-pengertian lahiriah tapi terutama adalah pengertian-pengertian yang bersifat rohaniah. Goenawan Mohamad "Kesusastraan adalah hasil proses yang berjerih payah, dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu: ini bukan sekadar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin”.

 

Konsepsi IBD dengan Kesusatraan            :

            Hubungan IBD dengan Sastra:
pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi.

Ilmu budaya dasar (IBD) adalah sebagai bagian dari MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian, akan tetapi sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus.
 
(sendiri.http://thefimsite.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-tujuan-serta-ruang.html)
(zarapintar.wordpress.com/2012/03/18/konsep-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/)

Hubungan Manusia dan Kebudayaan


Hubungan Manusia dan Kebudayaan.

Latar Belakang         :

            Dalam hubungan dengan lingkungan, manusia merupakan suatu organisme hidup . Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa setiap orang berasal dari satu lingkungan vertical (genetika tradisi) horizontal (geografik fisik social) maupun kesejarahan. Saat seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energy dan berkeinginan untuk hidup dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Saat manusia mulai terbiasa dengan lingkungannya maka saat itu manusia mulai mengenal budaya dari tempat ia berkembang.
Pengertian      :

·         Manusia merupakan makhluk biologis yang memiliki rasa ingin tahu, makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri, selalu memperhitungkan setiap kegiatan serta makhluk yang berbudaya.

·         Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusiauntuk mengolah segalasegala usaha manusia untuk melangsungkan kelangsuangan hidupnya. Sedangkan Budaya adalah himpunan pengalaman yang dipealajari mengacu mengacu pada pola perilaku secara social, yang merupakan kekhususan kelompok tersebut.

Kaitan Manusia dengan Kebudayaan        :

            Hubungan antara manusia dengan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudaan sebagai obyek yang dilakukan oleh manusia.

Manusia dan Kebudayaan adalah dwitunggal, yang artinya satu kesatuan. Manusia yang menciptakan kebudayaan, dan kebudayaan yang telah tercipta mengatur manusia untuk tetap patuh pada apa yang mereka terapkan (kebudayaan).

Proses hubungan Manusia dan Kebudayaan adalah dialektif, yang artinya saling terkait satu sama lain. Proses dialektif terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1.      Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekpresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui Ekstenalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.

2.      Obyektivitas, proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi serta membentuk perilaku manusia.

3.      Internalitas, proses dimana masyarakat disergap kembali menjadi manusia.  Manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dapat hidup dengan baik.
(evitavani.blogspot.com/2012/06/tugas-ibd-hubungan-manusia-dengan.)
(apid.staff.gunadarma.ac.id/.../bab2-manusia_dan_kebudayaan.pdf)